Sabtu, 19 Maret 2011

BAHASA INDONESIA CAMPUR ADUK

Bahasa adalah salah satu hal yang paling utama dalam menunjukkan eksistensi sebuah bangsa atau negara, begitu pun dengan bahasa Indonesia, bahasa yang mewakili  sikap bangsa yang diperhitungkan. Ironisnya, masyarakat Indonesia belum menyadari pentingnya penggunaan Bahasa Indonesia bukan saja untuk mempertahankan eksistensi bangsa dan negara ini, tetapi juga untuk memajukan Indonesia sebagai sebuah negara yang kaya akan berbagai hal mulai dari budaya sampai sumber daya alam.
Munculnya fenomena bahasa Indonesia campur aduk di dalam kalangan masyarakat menunjukkan sikap pemakainya yang gemar memakai apapun yang berbau asing. Kebiasaan seseorang untuk memadukan atau mencampurkan bahasa Indonesia dengan bahasa asing dalam kehidupan sudah terjadi sejak dulu. Kecenderungan ini dapat terlihat dari percakapan mereka dalam berbagai kesempatan. Hal inilah yang menyebabkan adanya pengertian bahwa bahasa inggris menandakan kultur dan kelas sosial yang tinggi, dan ada pemahaman bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang memiliki latar belakang yang lebih rendah daripada bahasa inggris.
            Sebenarnya di Indonesia kesepakatan menentukan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan telah dibentuk sejak sumpah pemuda dengan harapan setiap warga Indonesia dikedepannya dapat berkomunikasi satu sama lain tanpa mengalami kesulitan dengan seluruh manusia yang berada di Indonesia. Namun nyatanya belakangan ini banyak penutur memakai bahasa Indonesia yang populer dengan memadukan antara bahasa Indonesia dengan bahasa asing terutama bahasa inggris. Fenomena inilah yang kini dapat diamati pada masyarakat Indonesia, terutama di kota-kota besar. Pelajar, mahasiswa, artis, bahkan pejabat negara sering menggunakan bahasa Indonesia campur aduk. Anak-anak muda di kota-kota besar sering menggunakan istilah-istilah bahasa inggris dalam percakapan, seperti by the way, on the way, which is, so what?, event, to the point, no comment. Kata-kata tersebut tentu saja lebih baik diganti dengan omong-omong, di jalan, yang, lalu kenapa?, acara, langsung saja, tidak mau berkomentar.
            Sebagian pengguna bahasa Indonesia campur aduk ini berpendapat bahwa arus globalisasi memaksa mereka menggunakan bahasa inggris dalam percakapan sehari-hari. Ada juga yang beralasan bahwa bahasa inggris meninggikan derajat penggunanya seperti kelas sosial, menunjukkan kesan intelek dan peningkatan gengsi. Hal ini dipengaruhi juga dengan pergaulan penutur yang luas. Selain itu jika kita melihat tayangan televisi sekarang ini kita akan menemukan fenomena-fenomena bahasa campur aduk seperti itu contohnya ketika kita melihat acara yang dipandu oleh Tukul, obrolannya dengan seluruh selebriti yang hadir dalam acaranya, Tukul selalu menggunakan bahasa Indonesia yang dipadukan dengan bahasa inggris meskipun kemampuan Tukul dalam berbahasa inggris pas-pasan namun Tukul tetap terlihat percaya diri dengan kekurangannya tersebut.
            Lalu apabila kita mencermati lirik-lirik lagu Indonesia, banyak para musisi menciptakan lagu dengan bahasa perpaduan ini simak saja lirik lagu “oh baby” nya Cinta laura :”Katakan-katakan kau sungguh-sungguh hanya ada aku didalam hatimu, katakan-katakan kau cinta aku untuk selamanya kau jadi milikku, I don’t wanna loose you yes I wanna hold you…. Dan disusul dengan lagu-lagu lain yang terus menjamur hingga saat ini. Simak saja lirik lagu “klik” nya Ussy Sulistyawati : ”Apa kau menantangku untuk menjadikanmu cita-cita hatiku, iwill do it, I will do it…..”. Pada lirik-lirik tersebut terlihat jelas kombinasi antara bahasa Indonesia dengan bahasa asing.
            Seharusnya hal ini tidak terjadi secara terus menerus karena tidak semua penduduk Indonesia dapat memahami bahasa campur aduk tersebut sebab, tidak semua penduduk memiliki kemampuan berbahasa asing karena tidak dilatarbelakangi pendidikan yang tinggi dan pergaulan yang luas, hanya saja apabila kita menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam mengomunikasikan teknologi informasi, perbincangan politik di televisi, hiburan dan berbagai hal lain, bukan hanya sebagian kecil yang dapat mengerti dan memahaminya melainkan seluruh masyarakat Indonesia yang bisa mengerti bahasa Indonesia, dan secara tidak langsung kita dapat mencintai dan menghargai bahasa kita sendiri.
            Jadi, kita sebagai generasi penerus bangsa seharusnya patut berbangga hati karena bangsa ini memiliki bahasanya sendiri, tidak menginduk pada bahasa tertentu. Hal ini tentu saja berbeda dengan negara tetangga kita misalnya saja Singapura yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa resminya. Kita belum pernah mendengar bahasa asli Singapura. Oleh karena itu, kebanggaan dan kecintaan terhadap bahasa sendiri harus dipupuk dari mulai sekarang.   

1 komentar:

  1. Jujur saja saya tidak suka - lebih merujuk pada kebencian di dalam hati, dengan Orang2 lokal (Indonesia) yang suka mencampuradukkan Bahasa Indonesia dengan Inggris. Memang, kosakata Bahasa Inggris lebih banyak dari Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris mempunyai 1 kata untuk hal2 yang jamak dan tunggal, seperti Children = Anak anak / lebih dari 1 anak dan Child = 1 Anak. Ada pengulangan kata2: Orang orang untuk menunjukkan kalau ada lebih dari 1 orang yang dimaksud. Dan ada kata2 sukar yang "lebih enak" dan singkat seperti Whaling = Pemburu Paus, atau bisa juga diartikan: Segala hal dan pekerjaan yang berhubungan dengan perburuan Paus.
    Saya lebih antipati dengan pendapat Orang2 Lokal yang berpendapat kalau seseorang akan terlihat lebih keren kalau bisa berbicara Bahasa Inggris daripada "Bahasa Ibu" ku, Bahasa Indonesia. Terserah orang lain kalau mau membenci ku, tapi ini di Indonesia, bukan di Inggris, Amerika Serikat (USA), Kanada, Australia dan Selandia Baru. Saya tidak punya kepentingan untuk Berbahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan Orang2 Lokal sendiri.

    BalasHapus